SELAMAT DATANG DI MY BLOG

ASSALAMU'ALAIKUM WRWB
REKAN-REKAN GURU MGMP IPA SMP CLUSTER D KARAWANG SILAKAN BERGABUNG DAN MENG-UPDATE MY BLOG
SEMOGA BERMANFAAT
WASSSALAMU'ALAIKUM WRWB

KEGIATAN LESSON STUDY BERBASIS MGMP MERUPAKAN SALAH SATU KEGIATAN LESSON STUDY YANG DILAKSANAKAN DI KABUPATEN KARAWANG, SALAH SATU MGMP YANG MENGIKUTI ADALAH MGMP IPA SMP CLUSTER D KABUPATEN KARAWANG YANG BERCENTER DI SMP NEGERI 2 KARAWANG TIMUR

Kamis, 07 Oktober 2010

LAPORAN KEGIATAN LS MGMP CLUSTER D TAHUN 2010

LAPORAN KEGIATAN LESSON STUDY MGMP
CENTER D
KABUPATEN KARAWANG
TAHUN 2010

A. KEHADIRAN PESERTA
Kehadiran peserta, baik pada mata pelajaran Matematika dan IPA antara 80-90%. Hal ini dikarenakan sebagai berikut :
1. Ada beberapa peserta yang mengikuti pendidikan S1
2. Tidak adanya undangan kegiatan, mengingat undangan diperlukan untuk SPPD
3. Jarak antara tempat kegiatan dengan tempat sekolah jauh, ini terjadi saat kegiatan Open Class.

B. PROGRAM KEGIATAN
1. Plan
Pada kegiatan ini peserta bersama-sama :
a. memilih guru model
b. merumuskan RPP yang akan dipakai untuk Open Class
c. membuat LKS, Lembar observasi dll

2. Do
Pada kegiatan ini para peserta belajar pada pembelajaran yang disampaikan oleh guru model dan mengamati aktivitas siswa selam pembelajaran

3. See
Pada kegiatan ini para peserta menyampaikan hasil observasi/pengamatan aktivitas siswa selama pembelajaran dan menyampaikan hikmah yang bisa dipetik untuk perbaikan pembelajaran bagi setiap peserta.

C. KENDALA
1. Peserta mengalami stagnasi kegiatan, ada rasa bosan/boring, sehingga pada kegiatan Open Class observer mengalami rasa malas, mengantuk, keluar masuk kelas dll.
2. Pada kegiatan Plan, para peserta kurang memberikan gagasan/masukan, sehingga banyak pemikiran didominasi oleh guru model.
3. Pada pembuatan LKS kurang menyentuh pada aktivitas berpikir siswa.
4. Local material tidak banyak digunakan.

D. SARAN-SARAN
1. Mohon kepada fasilitator banyak memberikan hal-hal yang menjadi issue-isue baru dalam pendidikan.
2. Sharing dari fasilitator dalam pembuatan penelitian atau karya tulis

Karawang, Mei 2010
Fasilitator MGMP Center D
PELAKSANAAN
LESSON STUDY BERBASIS SEKOLAH
(LSBS)
DI SMP NEGERI 2 KARAWANG TIMUR

Oleh :
H. DEDENG HUZAENI, M.Pd, Kepala SMP Negeri 2 Karawang Timur

Abstract
The Government always made efforts to improve the quality of teachers through training, but less significant impact on improving the quality of teachers. Models in-service training that is more focused on teacher empowerment and capacity according to the problems faced by each teacher is the lesson study is a model of professional development of educators through collaborative learning and assessment based on the principles of sustainable kolegalitas and mutual learning to build a learning community . Efforts to improve the professionalism of teachers in Junior High School that led to two East Donegal increase student learning outcomes, developed by implementing the School-Based Lesson Study (LSBS), so that all teachers can participate Lesson Study program. Impact of the implementation of service quality LSBS more meaningful and enjoyable learning for students within the framework of achieving national education standards.
Keywords: Lesson Study, teachers' professionalism, LSBS

A. Latar Belakang Masalah
Dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan, pada tahun 2005 pemerintah dan DPR RI telah mensahkan Undang-Undang RI Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen yang menuntut penyesuaian penyelenggaraan pendidikan dan pembinaan guru agar guru menjadi profesional. Sebagai konsekuensinya pemerintah mengeluarkan peraturan pelaksanaan yaitu Peraturan Pemerintah RI Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan.
Pemerintah selalu melakukan usaha peningkatan mutu guru melalui pelatihan dan tidak sedikit dana yang dialokasikan untuk pelatihan guru. Sayangnya usaha dari pemerintah ini kurang memberikan dampak yang signifikan terhadap peningkatan mutu guru. Ada dua hal yang menyebabkan pelatihan guru belum berdampak pada peningkatan mutu pendidikan, yaitu :
Pertama, pelatihan tidak berbasis pada permasalahan nyata di dalam kelas. Materi pelatihan yang sama disampaikan kepada semua guru tanpa mengenal daerah asal. Padahal kondisi sekolah di suatu daerah belum tentu sama dengan sekolah di daerah lain. Kadang-kadang pelatih menggunakan sumber dari literatur asing tanpa melakukan ujicoba terlebih dahulu untuk kondisi di Indonesia.
Kedua, hasil pelatihan hanya menjadi pengetahuan saja, tidak diterapkan pada pembelajaran di kelas atau kalaupun diterapkan hanya sekali, dua kali dan selanjutnya kembali “seperti dulu lagi, back to basic”. Hal ini disebabkan tidak ada kegiatan monitoring pasca pelatihan, apalagi kalau kepala sekolah tidak pernah menanyakan hasil pelatihan. Selain itu, kepala sekolah tidak memfasilitasi forum sharing pengalaman diantara guru-guru.
Untuk mengatasi kelemahan pelatihan konvensional yang kurang menekankan pada pasca pelatihan maka diperlukan alternatif model in-service training yang lebih berfokus pada upaya pemberdayaan guru sesuai kapasitas serta permasalahan yang dihadapi masing-masing. Hal ini penting untuk meningkatkan kinerja guru dan profesionalitasnya.
Model tersebut adalah Lesson Study yaitu suatu model pembinaan profesi pendidik melalui pengkajian pembelajaran secara kolaboratif dan berkelanjutan berlandaskan prinsip-prinsip kolegalitas dan mutual learning untuk membangun komunitas belajar. Lesson Study bukan metoda atau strategi pembelajaran tetapi kegiatan Lesson Study dapat menerapkan berbagai metoda/strategi pembelajaran yang sesuai dengan situasi, kondisi, dan permasalahan yang dihadapi guru.

B. Permasalahan
SMP Negeri 2 Karawang Timur merupakan salah satu sekolah yang terletak di pusat pemerintahan Kabupaten Karawang. Proses pembelajaran dalam kelas yang terjadi belum optimal, karena guru masih mendominasi pembelajaran (teacher centre). Siswa belum mendapatkan pelayanan yang optimal dalam belajar, masyarakat belajar (komunitas belajar) belum terlihat, yang terjadi siswa yang pintar menjadi tempat contekan bagi teman-teman lainnya. Hal yang lebih mengkhawatirkan adalah belum terciptanya budaya sekolah, seperti sekolah bersih, siswa yang berahlak mulia, rendahnya hasil belajar dan kurangnya kreativitas guru dan siswa. Selain itu sekolah belum memiliki alat dokumentasi pembelajaran karena dana pendukung operasional sekolah (BOS) kurang memadai.

C. Strategi Pemecahan Masalah
Untuk meningkatkan kompetensi profesionalisme guru di SMP Negeri 2 Karawang Timur yang berujung peningkatan hasil belajar siswa, penulis membuat terobosan dalam rangka mencari format pelatihan yang cocok untuk guru guna meningkatkan kompetensinya. Pada tanggal 16 November 2007 penulis bersama salah seorang guru IPA mengikuti Diseminasi Forum MGMP untuk Program Strengthening in Service Teacher Training of Mathematies and Science Education at Junior di Kabupaten Sumedang.
Setelah mengikuti kegiatan tersebut Pemerintah Kabupaten Karawang dalam hal ini Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kabupaten Karawng difasilitasi FPMIPA UPI Bandung mengadakan kesepakatan dengan Sampoerna Foundation dalam rangka peningkatan mutu pendidikan melalui peningkatan mutu guru di Kabupaten Karawang dengan kegiatan Pelatihan Lesson Study berbasis MGMP untuk mata pelajaran Matematika dan IPA.
Dari hasil program tersebut, ada kesadaran dari guru-guru Matematika dan IPA bahwa kegiatan Lesson Study dapat dikembangkan di sekolah dengan melaksanakan Lesson Study Berbasis Sekolah (LSBS), sehingga semua guru dapat ikut serta mengikuti program Lesson Study. Oleh karena itu, penulis membuat proposal untuk program tersebut.
Berdasarkan kajian, proposal diterima oleh Sampoerna Foundation dan bekerja sama dengan Dosen-dosen FPMIPA Universitas Pendidikan Indonesia (UPI), maka SMP Negeri 2 Karawang Timur mendapatkan kesempatan untuk mengembangkan Lesson Study Berbasis Sekolah.
Secara umum program LSBS SMP Negeri 2 Karawang Timur bertujuan memberdayakan warga sekolah (guru dan siswa) untuk meningkatkan mutu pembelajaran sesuai dengan strandar pelayanan minimal dalam kerangka penjaminan mutu pendidikan nasional.

Secara khusus program LSBS SMP Negeri 2 Karawang Timur bertujuan:
1. Meningkatkan kompetensi guru, melalui aktivitas Lesson Study;
2. Memberdayakan semua guru mata pelajaran;
3. Memetakan masalah pembelajaran yang dihadapi oleh guru (plam);
4. Memecahkan masalah pembelajaran yang dihadapi melalui sharing atau tukar pengalaman dan belajar dari pembelajaran guru yang bertindak sebagai guru model (do) melalui kegiatan refleksi (see); dan
5. Terciptanya budaya sekolah (prestasi belajar, bersih dan berahlak mulia)

Sasaran kegiatan LSBS ini adalah seluruh guru mata pelajaran yang berjumlah 40 orang untuk mengikuti kegiatan ini, dengan harapan :
1. Kegiatan Lesson Study dapat dilaksanakan secara berkala dan berkesinambungan;
2. Kinerja semua guru mata pelajaran dapat lebih meningkat;
3. Kompetensi professional guru dapat lebih meningkat;
4. Lulusan (hasil didik) berkualitas dan berdaya saing tinggi; dan
5. Tercipta budaya sekolah (prestasi belajar, bersih dan berahlak mulia).

Dengan terlaksananya kegiatan LSBS manfaat bagi :
1. Siswa :
a. Terbuka peluang untuk mengikuti pembelajaran yang bermakna dan menyenangkan; dan
b. Terjaminnya hak belajar.

2. Guru :
a. Terbuka peluang untuk meningkat kompetensi sesuai dengan standar nasional pendidikan; dan
b. Dapat melaksanakan pembelajaran menjadi lebih bermakna dan menyenangkan bagi siswa.
3. Sekolah :
a. Terbukanya kesempatan untuk memiliki guru-guru yang kompeten dan profesional, serta mampu meningkatkan mutu pembelajaran di sekolah sesuai dengan standar nasional pendidikan; dan
b. Terwujudnya budaya sekolah (prestasi belajar, bersih dan berahlak mulia).

D. Alasan Pemilihan Strategi Pemecahan Masalah
Kegiatan Lesson Study dipilih untuk memecahkan masalah berdasarkan pertimbangan sebagai berikut :
1. Lesson Study merupakan suatu model pembinaan profesi pendidik melalui pengkajian pembelajaran secara kolaboratif dan berkelanjutan berlandaskan prinsip-prinsip kolegalitas dan mutual learning untuk membangun komunitas belajar.
2. Lesson Study merupakan kegiatan yang dapat menerapkan berbagai metoda/strategi pembelajaran yang sesuai dengan situasi, kondisi, dan permasalahan yang dihadapi guru.
3. Pada kegiatan Lesson Study, terjadi sharing pengalaman dalam pembelajaran antara guru yang satu dengan guru yang lain Mereka berbagi pengalaman dan saling belajar sehingga melalui kegiatan pertemuan dalam rangka Lesson Study ini terbentuk mutual learning (saling belajar).

E. Tahapan Kegiatan Lesson Study Berbasis Sekolah
Kegiatan Lesson Study Berbasis Sekolah (LSBS), sebagaimana kegiatan Lesson Study pada umumnya dilaksanakan dalam tiga tahapan yaitu Plan(merencanakan), Do (melaksanakan), dan See (merefleksi) yang berkelanjutan. Dengan kata lain Lesson Study merupakan suatu cara peningkatan mutu pendidikan yang tak pernah berakhir (continous improvement). Skema atau siklus dari pelaksanaan kegiatan Lesson Study dapat digambarkan sebagai berikut :






nnnS
Gambar 1 : Skema / Siklus Lesson Study

1. Tahap Perencanaan (Plan) D
Lesson Study dimulai dari tahap perencanaan (Plan) yang bertujuan untuk merancang pembelajaran yang dapat membelajarkan siswa dan berpusat pada siswa, serta bagaimana supaya siswa berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran. Perencanaan diawali dari analisis permasalahan yang dihadapi dalam pembelajaran, antara lain :
a. berupa materi bidang studi, bagaimana menjelaskan suatu konsep;
b. berupa pedagogi tentang metoda pembelajaran yang tepat agar pembelajaran lebih efektif dan efisien; dan
c. permasalahan fasilitas, bagaimana mensiasati kekurangan fasilitas pembelajaran.
Selanjutnya guru secara bersama-sama mencari solusi terhadap permasalahan yang dihadapi yang dituangkan dalam rancangan pembelajaran atau lesson plan, teaching materials berupa media pembelajaran dan lembar kerja siswa serta metoda evaluasi. Teaching materials yang telah dirancang perlu diujicoba sebelum diterapkan di dalam kelas. Kemudian ditunjuk seorang guru untuk menjadi guru model yang mengimplementasikan perencanaan (plan) yang telah dilakukan. Melalui kegiatan pertemuan dalam rangka Lesson Study ini terbentuk mutual learning (saling belajar).

2. Tahap Pelaksanaan (Do)
Langkah kedua dalam Lesson Study adalah pelaksanaan (Do) pembelajaran untuk menerapkan rancangan pembelajaran yang telah dirumuskan dalam perencanaan. Kepala sekolah terlibat dalam pengamatan pembelajaran dan memandu kegiatan ini. Sebelum pembelajaran dimulai sebaiknya dilakukan briefieng kepada para pengamat untuk menginformasikan kegiatan pembelajaran yang direncanakan oleh seorang guru dan mengingatkan bahwa selama pembelajaran berlangsung pengamat tidak mengganggu kegiatan pembelajaran tetapi mengamati aktivitas siswa selama pembelajaran. Fokus pengamatan ditujukan pada interaksi siswa-siswa, siswa-bahan ajar, siswa-guru, dan siswa-lingkungan yang terkait dengan 4 kompetensi guru sesuai dengan UU No. 14 Tahun 2005 tentang guru dan dosen.
Lembar observasi pembelajaran perlu dimiliki oleh para pengamat sebelum pembelajaran dimulai. Para pengamat dipersilahkan mengambil tempat di ruang kelas yang memungkinkan dapat mengamati aktivitas siswa. Biasanya para pengamat berdiri di sisi kiri dan kanan di dalam ruang kelas agar aktivitas siswa teramati dengan baik. Selama pembelajaran berlangsung para pengamat tidak boleh berbicara dengan sesama pengamat dan tidak menganggu aktifitas dan konsentrasi siswa. Para pengamat dapat melakukan perekaman kegiatan pembelajaran melalui video camera atau foto digital untuk keperluan dokumentasi dan bahan studi lebih lanjut. Keberadaan para pengamat di dalam ruang kelas disamping mengumpulkan informasi juga dimaksudkan untuk belajar dari pembelajaran yang sedang berlangsung dan bukan untuk mengevaluasi guru.
3. Tahap Refleksi (See)
Langkah ketiga dalam kegiatan Lesson Study adalah refleksi (See). Setelah selesai pembelajaran langsung dilakukan diskusi antara guru dan pengamat yang dipandu oleh kepala sekolah atau personel yang ditunjuk untuk membahas pembelajaran yang telah dilaksanakan. Guru model mengawali diskusi dengan menyampaikan kesan-kesan dalam melaksanakan pembelajaran. Selanjutnya pengamat diminta menyampaikan komentar dan lesson learnt dari pembelajaran terutama berkenaan dengan aktivitas siswa. Tentunya, kritik dan saran untuk guru disampaikan secara bijak demi perbaikan pembelajaran. Sebaliknya, guru model harus dapat menerima masukan dari pengamat untuk perbaikan pembelajaran berikutnya. Berdasarkan masukan dari diskusi ini dapat dirancang kembali pembelajaran berikutnya. Pada prinsipnya, semua orang yang terlibat dalam kegiatan Lesson Study harus memperoleh lesson learnt dengan demikian kita membangun komunitas belajar melalui Lesson Study.

4. Rencana Kegiatan LSBS SMP Negeri 2 Karawang Timur
Kegiatan LSBS di SMP Negeri 2 Karawang Timur dilaksanakan dalam 5 kali pertemuan, tiap pertemuan dilaksanakan Do dan See oleh 2 orang guru model. Sedangkan Plan dilaksanakan oleh guru model bersama rekan-rekan guru dalam satu mata pelajaran (MGMP Sekolah). Berikut ini tabel Jadwal Pelaksanaan LSBS di SMPN 2 Karawang Timur.
NO. HARI, TANGGAL KEGIATAN NAMA GURU MATA PELAJARAN
1 Sabtu,
30 Januari 2010 (Do + See) 1 WIDYA NOVIANTI, S.Pd IPA
(Do + See ) 2 INA SOFIANA, S.Pd TIK
2 Sabtu,
13 Februari 2010 (Do + See) 1 ASIH MURNIASARI, S.Pd BHS. INDONESIA
(Do + See ) 2 HAPID HAPILDAN, S.Pd MATEMATIKA
3 Sabtu,
27 Februari 2010 (Do + See) 1 OCIM SENI BUDAYA
(Do + See ) 2 IMAS BHS. INGGRIS
4 Sabtu,
13 Maret 2010 (Do + See) 1 NENTI PERMASIH, S.Pd PLH
(Do + See ) 2 EVI NURHAYATI IPS
5 Sabtu,
10 April 2010 (Do + See) 1 JEJEN JALALUDIN, S.SoS.I PAI
(Do + See ) 2 LISMAWATI SUPARTA, SE BHS. SUNDA
Tabel 1. Jadwal Pertemuan LSBS SMPN 2 Karawang Timur

F. Hasil dan Dampak LSBS
Hasil kegiatan LSBS di SMPN 2 Karawang Timur antara lain :
1. Guru memperoleh kesempatan untuk melakukan identifikasi masalah pembelajaran, mengkaji pengalaman pembelajaran yang biasa dilakukan, memilih alternatif model pembelajaran yang akan digunakan, merancang rencana pembelajaran, mengkaji kelebihan dan kekurangan alternatif model pembelajaran yang dipilih, melaksanakan pembelajaran, mengobservasi proses pembelajaran, mengidentifikasi hal-hal penting yang terjadi dalam aktivitas belajar siswa di kelas, melakukan refleksi secara bersama-sama atas hasil observasi kelas, dan mengambil pelajaran berharga dari setiap proses yang dilakukan untuk kepentingan peningkatan kualitas proses dan hasil pembelajaran lainnya.
2 RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) dan LKS (Lembar Kerja Siswa) yang dapat digunakan untuk pembelajaran.
3. Dalam pelaksanaan LSBS, siswa memperoleh pelayanan yang bermutu, bermakna dan menyenangkan dalam pelaksanaan KBM, karena pembelajaran berpusat pada siswa, maka apa yang akan dipersiapkan oleh guru model hakekatnya ingin memberikan pengalaman belajar pada siswa yang nantinya dapat bermanfaat baginya dikemudian hari.
4. Meningkatnya rata-rata nilai hasil Ujian Nasional Siswa, sebagaimana grafik berikut ini :


Dampak yang terlihat dari pelaksanaan LSBS di SMP Negeri 2 Karawang Timur adalah :
1. Mutu layanan pembelajaran lebih bermakna dan menyenangkan bagi siswa dalam kerangka pencapaian standar nasional pendidikan dan pengembangan potensi diri agar memiliki keunggulan;
2. Sekolah lebih termotivasi untuk membangun komunitas profesional dan mengembangkan budaya sekolah yang berkelanjutan; dan
3. Sekolah mampu membangun sistem belajar bagi warga sekolah untuk mengembangkan profesionalisme secara mandiri dalam bidang masing-masing.


G. Kendala-kendala
Dalam pelaksanaan kegiatan LSBS di SMPN 2 Karawang Timur, terdapat beberapa kendala antara lain disajikan pada tabel 2. sebagai berkut :
No. Kendala Solusi
1 Untuk menjadi Guru Model guru masih bingung apa saja yang harus dipersiapkan. - Membuat perencanaan dengan rekan guru yang mengampu mata pelajaran yang sama.
- Bersama-sama rekan guru, misal dalam pembelajaran IPA, maka dibuat local material, yang dapat digunakan.
- Mengajukan kepada Kepala Sekolah untuk pengadaan alat, apabila ada alat yang perlukan tidak ada.
2 Guru yang bertindak sebagai observer, masih terlihat mengganggu konsentrasi siswa belajar, misal mengobrol dengan guru lain, lupa mematikan HP. Secara persuasif diberitahu tentang hal-hal yang boleh dilakukan dalam kelas, saat berlangsung Open Class.
3 Jumlah siswa dalam satu kelas antara 40-50 siswa Mengatur setting kelas, sehingga nyaman untuk belajar
4 Bingung dalam memilih metode pembelajaran yang disesuaikan dengan karakteristik siswa dan materi pelajaran Bersama dengan rekan guru pada mata pelajara yang sama melakukan pengkajian dan berkonsultasi dengan dosen (fasilitator dari FPMIPA UPI)
Tabel 2. Kendala dan Solusi Kegiatan LSBS di SMPN 2 Karawang Timur
H. Faktor Pendukung
Hal-hal berikut ini merupakan faktor-faktor pendukung berlangsungnya kegiatan LSBS di SMP Negeri 2 Karawang Timur, antara lain:
1. Semangat dan antusias seluruh guru dalam melaksanakan kegiatan LSBS, hal ini terbukti bahwa guru model dalam setiap kali pelaksanaan Open Class (Do dan See) berjumlah 2 (dua) orang. Padahal pihak Fasilitator dari FPMIPA UPI dalam SOP (standar opersional prosedur) telah menetapkan hanya 1 (satu) orang guru model setiap kali pelaksanaan Open Class.
2. Semua guru berpartisipasi secara aktif dalam mendukung rekan guru yang menjadi guru model.
3. Para siswa merasa senang, karena kelasnya menjadi tempat pelaksanaan Open Class.

I. Kesimpulan
Hasil refleksi pada kegiatan Lesson Study diperoleh sejumlah pengetahuan baru atau keputusan-keputusan penting guna perbaikan dan peningkatan proses pembelajaran.
Pada tataran individual berbagai temuan dan masukan berharga yang disampaikan pada saat diskusi dalam tahapan refleksi (check) tentunya menjadi modal bagi para guru, baik yang bertindak sebagai pengajar maupun observer untuk mengembangkan proses pembelajaran ke arah lebih baik.
Sedangkan pada tataran manajerial, dengan pelibatan langsung kepala sekolah sebagai peserta Lesson Study, akan diperoleh sejumlah masukan yang berharga bagi kepentingan pengembangan manajemen pendidikan di sekolahnya secara keseluruhan. Maka dengan lebih memahami apa yang sesungguhnya dialami oleh guru dan siswanya dalam proses pembelajaran, diharapkan kepala sekolah dapat semakin lebih fokus lagi untuk mewujudkan dirinya sebagai pemimpin pendidikan di sekolah.
Melalui LSBS, sekolah dapat melaksanakan reformasi sekolah dengan dukungan semua pihak sehingga tercipta budaya sekolah yang diharapkan.

J. Rekomendasi
Ke depan agar ada kelanjutan program (sustainability) maka pelaksanaan LSBS diharapkan dapat :
1. meningkatkan profesionalitas dalam pembuatan Karya Tulis Ilmiah, dengan memanfaatkan hasil temuan dalam pelaksanaan seluruh rangkaian kegiatan mulai dari perencanaan, pelaksanaan dan refleksinya yang dilakukan oleh baik guru model maupun guru yang bertindak sebagai observer.
2. mengembangkan secara kolabolator dengan rekan-rekan guru SD maupun guru SMA di sekitar sekolah.






Daftar Pustaka
Indonesia (2005). Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen.
Indonesia (2005). Peraturan Pemerintah republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Pendidikan Nasional.
Lesson Study (Suatu Strategi untuk Meningkatkan Keprofesionalan Pendidik) (Pengalaman IMSTEP – JICA)) diterbitkan oleh UPI PRESS, 2006.































LAMPIRAN

RPP
LKS
FOTO DOKUMENTASI KEGIATAN